Sejarah Gang Dolly
Gang Dolly, yang terletak di Surabaya, Jawa Timur, adalah salah satu kawasan lokalisasi terbesar di Asia Tenggara sebelum akhirnya ditutup. Nama “Gang Dolly” sendiri berasal dari seorang wanita Belanda bernama Dolly Van der Mart yang memulai bisnis prostitusi di kawasan tersebut pada awal abad ke-20. Seiring berjalannya waktu, Gang Dolly berkembang menjadi salah satu pusat prostitusi terbesar di Indonesia, menarik perhatian banyak orang dari berbagai penjuru. Berikut artikel mengenai sejarah Gang Dolly hingga kondisi terbarunya.
Pada masa kejayaannya, Gang Dolly di kenal sebagai pusat hiburan malam yang ramai dengan berbagai aktivitas komersial, termasuk bar, kafe, dan tempat karaoke. Kawasan ini menjadi terkenal tidak hanya di kalangan penduduk lokal tetapi juga di kalangan wisatawan. Gang Dolly telah menjadi bagian dari kehidupan sosial dan ekonomi Surabaya. Lokasi ini memberikan lapangan pekerjaan bagi banyak orang, meskipun dalam sektor informal.
Tempat Apakah Gang Dolly?
Gang Dolly merupakan sebuah kawasan yang terdiri dari beberapa gang atau jalan kecil di wilayah Putat Jaya, Surabaya. Sebelum di tutup, kawasan ini dihuni oleh ratusan pekerja seks komersial (PSK) dan banyak tempat hiburan malam. Kawasan ini terkenal dengan gemerlap lampu malam dan suasana kehidupan malam yang ramai. Selain bisnis prostitusi, berbagai usaha kecil seperti warung makan, toko kelontong, dan jasa lainnya berkembang pesat untuk mendukung kehidupan di kawasan tersebut.
Keadaan Gang Dolly Sekarang
Setelah bertahun-tahun beroperasi, Gang Dolly resmi ditutup oleh pemerintah Kota Surabaya pada tahun 2014 sebagai bagian dari upaya untuk memberantas prostitusi dan memperbaiki moralitas masyarakat. Penutupan ini dipimpin oleh Wali Kota Tri Rismaharini, yang menekankan pentingnya memberikan alternatif kehidupan yang lebih baik bagi para PSK dan masyarakat di sekitar Gang Dolly.
Setelah penutupan, pemerintah setempat melakukan berbagai upaya untuk mengubah citra dan fungsi kawasan tersebut. Program-program pelatihan keterampilan, bantuan modal usaha, dan dukungan sosial di berikan kepada para mantan PSK. Tidak lupa warga sekitar untuk membantu mereka beralih ke pekerjaan yang lebih layak dan berkelanjutan. Kawasan Gang Dolly kini telah bertransformasi menjadi kawasan yang lebih bersih dan teratur.
Namun, proses transisi ini tidaklah mudah. Banyak mantan PSK yang menghadapi tantangan dalam mencari pekerjaan baru dan beradaptasi dengan kehidupan yang berbeda. Meskipun begitu, berbagai inisiatif terus di lakukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat di kawasan ini.
Kesimpulan
Gang Dolly memiliki sejarah panjang sebagai pusat prostitusi terbesar di Surabaya. Namun, sejak penutupannya pada tahun 2014, kawasan ini telah mengalami transformasi yang signifikan. Pemerintah dan masyarakat setempat bekerja sama untuk mengubah citra negatif Gang Dolly menjadi kawasan yang lebih positif dan produktif. Proses transisi ini penuh tantangan. Upaya-upaya tersebut menunjukkan komitmen untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat di sekitar Gang Dolly. Masa depan kawasan ini kini bergantung pada keberlanjutan program-program pemberdayaan dan dukungan yang di berikan untuk memastikan bahwa perubahan positif dapat terus berlangsung.
